(1)
Siapapun yang bergabung, atau siapapun yang masuk menjadi bagian di dalam Perkumpulan Jamaah AL KHIDMAH, lebih-lebih – termasuk dan terutama - mereka yang duduk menjadi Pengurus Jamaah AL KHIDMAH, juga para beliau yang dianggap “dituakan” dalam kebersamaan keberjamaahan di AL KHIDMAH ; semuanya itu seharusnyalah BERANGKAT DARI dan SETIA PADA niatnya yang pokok, yakni BERKHIDMAH.
Kita semua telah sama-sama tahu, bahwa berkhidmah itu maknanya MELAYANI. Tidak ada makna yang lain. Berkhidmah bukanlah “dilayani” atau “minta dilayani”. Berkhidmah juga bukan bermakna “mengatur” atau “memenej”.
Semua “perilaku yang bisa kita lakukan, atau persembahan yang bisa kita kontribusikan, demi kelancaran majlis” itu adalah bukti dari bentuk kita dalam hal MELAYANI. Mulai dari memikirkan atau merencanakan bagaimana jadi baiknya, memberikan sumbangan dana, ikut memasang spanduk, menggelar tikar, menanak nasi. Termasuk juga memimpin fatihah, memimpin istighotsah, memimpin bacaan Yasin, membacakan Manaqib, memimpin doa, memberi sambutan, memberi mauidhoh, menghidangkan konsumsi, membantu menata sandal, mengatur parkir, dan seterusnya ; semuanya itu, adalah bentuk MELAYANI.
Dalam prinsip melayani, tidak dikenal logika : Siapa dibutuhkan & Siapa membutuhkan. Yang berlaku di dalam kumpulan dan majlis kita hanyalah : Siapa wajib menghormati dan memuliakan & Siapa wajib mengasihi, mengayomi, mendoakan. Jamaah (secara umum) memikul kewajiban menghormati dan memuliakan Kyai, Habib, Ustadz, Sesepuh. Dan Kyai, Habib, Ustadz, Sesepuh memikul kewajiban memiliki rasa mengasihi, mengayomi dan selalu mendoakan seluruh jamaah.
Ketika kita duduk jadi Panitya di bagian konsumsi untuk Habib/Kyai, maka secara otomatis, kita sudah memikirkan mencari menu masakan apa yang sekira dibutuhkan dan diharapkan oleh Habib/Kyai yang kita jamu itu. Mustahil kita akan memilih menu yang sekira bakal dianggap tidak pantas. Begitupun sebaliknya. Jika kita ini seorang Habib/Kyai yang diminta agar memberi mauidhoh, maka sejak sedari rumah, tentunya kita sudah merencanakan ‘menu’ isi mauidhoh apa yag sekira dibutuhkan oleh jamaah. Habib/Kyai tidak mungkin bakal memilih isi mauidhoh yang sekira bakal “mengecewakan” jamaah. Nah, ikhtiar menjalin kebaikan relasional seperti itulah contoh dari bagaimana mempraktekkan saling ‘melayani’ itu.
(2)
Dalam konteks struktural organisasional, Romo YAI RA sudah menata. AL KHIDMAH berkewajiban menghormati dan memuliakan THORIQOH. Dan THORIQOH berkewajiban mengasihi, mengayomi dan selalu mendoakan AL KHIDMAH. Begitu ada seorang pemimpin dari AL KHIDMAH yang tidak mau menghormati, atau tidak mau bersama-sama, atau tidak menganggap hadirnya seorang Kyai/Imam Khususi (representasi dari Thoriqoh) ; maka keterlibatannya di dalam Al Khidmah – boleh dikata – sebenarnya menjadi sia sia. Artinya, semua yang ia lakukan, sudah bukan lagi bentuk MELAYANI atau BERKHIDMAH. Melainkan hanya : kepuasan basyariyah dari permainan nafsu di dalam hati, lantaran hitung-hitungan tentang siapa yang lebih memegang peran, atau juga permainan rekayasa kepentingan.
Demikian pula sebaliknya. Jika terdapat seorang Kyai dari THORIQOH yang tidak menganggap, tidak mau peduli, tidak suka serta tidak mau bekerjasama dengan AL KHIDMAH ; itu artinya Kyai tersebut tidak punya rasa welas asih, tidak mengayomi kepada AL KHIDMAH ; maka – boleh dikata – dalam soal “manutnya kepada Guru” Kyai tersebut, patut dipertanyakan.
Dalam sejarahnya, kelahiran AL KHIDMAH memang ‘dibidani’ langsung oleh Romo YAI RA sendiri. Romo YAI RA sendiri yang memberikan imlak (dikte) mengajari anak anak AL KHIDMAH perihal masalah apa mesti diatur bagaimana. Sehingga - bisa jadi - sebagian dari teman AL KHIDMAH merasa bahwa telah berkomunikasi langsung dengan Beliau RA. Dirinya merasa bahwa telah diajari tentang pengaturan ini dan itu - oleh Romo YAI RA. Adapun para Aimmatul-Khushushiyyah lebih bersifat pasif. Duduk dan diam di tempat. Hanya mendekat ke Guru jika dipanggil. Itu semua lantaran sifat utama Murid yakni tunduk dan patuhnya.
Akibatnya, sebagian dari teman AL KHIDMAH itu merasa “Saya lebih mengerti tentang yang dikehendaki Romo YAI RA” ketimbang Kyai dan Imam Khususi. Nah, di sinilah jebakan yang bisa menjadikan jiwa muda AL KHIDMAH lupa diri seperti itu. Karenanya kemudian, di saat dia merasa sudah tidak lagi ditunggui oleh Romo YAI RA, maka keadaan “lupa diri”-nya itu semakin menjerumuskan dirinya serta meracuni I’tiqodnya. Sehingga tidak peduli, tidak menghargai, dan tidak mendudukan THORIQOH pada posisi yang seharusnya.
Patutlah untuk kita pahami dan kita kita mengerti bersama, bahwa basic dan pokok kegiatan AL KHIDMAH itu adalah Majlis. Dan isi Majlis ditentukan oleh THORIQOH. Lokasi Majlis memang tidak wajib ada ditunggui oleh Thoriqoh. Tapi di manapun diselenggarakan majlis, isinya haruslah ditentukan, diatur dan (jika masih mungkin) dipimpin oleh THORIQOH. Bukan ditentukan, diatur dan dipimpin oleh yang lain, termasuk AL KHIDMAH.
Ibarat warung atau restoran rawon, AL KHIDMAH itu adalah semua prangkat/peralatan penyajian (piring sendok, garpu, meja dan kursi makan dll). Yang termasuk AL KHIDMAH juga kebersihan dan keindahan, tata ruang warung atau restauran, serta kecakapan para penyajinya. Adapun isi yang disajikan, yakni nasi putih, kuah rawon, sambal, kerupuk, dal lainnya itu adalah THORIQOH-nya. Lezatnya masakan rawon dan sedapnya sambal itu ditentukan oleh THORIQOH. Mustahil, seseorang membuka warung rawon, hanya karena merasa telah memiliki peralatan makan yang lengkap, tempat yang indah, pelayan yang cakap. Tapi ia mengesampingkan, tidak mempedulikan urusan : apakah telah tersedia atau tidak rawonnya.
(3)
Semoga kita semua, terutama para pemimpin dan pengurus di kumpulan kita, yakni para pengurus di Jamaah AL KHIDMAH dan THORIQOH, diberikan kekuatan oleh Allah, selalu dikaruniai taufiq hidayah oleh-Nya, sehingga tetap diberikan istiqomah serta tumakninah, dalam berpegang menjalankan semua apa yang telah ditata dan dituntunkan oleh Guru kita – Romo YAI RA. Aamiin AllaaHhumma Aamiiin. Bi JaaHhi Wa Bi Barkati Wa Nuuri Wa Sirri Syaikhinaa Al Kariim RA – AL FAATIHAH … !!
Imam Subakti
0 comments:
Post a Comment