Assalamu'alaikum, mohon nasehatnya ustadz untuk saudara-saudara kami yang baru hijroh dan baru mengenal sunnah? Jazakumullahu khoiron.
Jawab: Wa'alaikumussalam warohmatullah wabarokatuh. Kenikmatan paling besar yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya adalah nikmat berupa hidayah tawfiq. Yaitu petunjuk dari Allah untuk mengamalkan ajaran Islam sesuai yang dicontohkan Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. Inilah pokok segala kenikmatan. Sedangkan orang yang berilmu saja tetapi enggan beramal, maka dia baru mendapat hidayah dilalah, belum mendapat hidayah yang sesungguhnya yaitu hidayah tawfiq.
Hidayah tawfiq inilah yang dimohonkan dalam setiap sholat kita sehari semalam tatkala melafalkan, "Ihdinasshirothol mustaqim" (Ya Allah tunjukilah kami kepada jalan yang lurus). Yaitu jalannya Nabi shollallahu 'alaihi wasallam dan para shohabat beliau. Bukan jalannya orang-orang yang dimurkai maupun jalannya orang-orang yang sesat. Maka siapapun kita sangat butuh kepada hidayah tawfiq ini agar selamat dari penyimpangan.
Adapun nasehat kami untuk saudara-saudara kita yang belum lama hijroh dan baru mengenal sunnah (ajaran) Nabi shollallahu 'alaihi wasallam di antaranya sebagai berikut:
1. Ikhlaskan niat karena Allah, karena keikhlasan termasuk syarat diterimanya amalan. Dari 'Umar bin Al-Khotthob bahwa Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه
“Hanyalah nilai setiap amalan itu bergantung dengan niatnya dan bagi setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang niat hijrohnya karena Allah dan Rosul-Nya, maka hijrohnya dinilai untuk Allah dan Rosul-Nya, dan barangsiapa yang niat hijrohnya karena dunia atau wanita yang hendak dinikahinya, maka nilai hijrohnya itu sesuai dengan apa yang dia niatkan." (HR. Al-Bukhori 1/9 dan Muslim 1907)
Berhijroh meninggalkan segala sesuatu yang dilarang Allah haruslah ikhlas motivasinya karena Allah. Karena amalan yang dibangun di atas pondasi keikhlasan tidak gampang goyah dan akan berkesinambungan. Para Ulama berkata:
ما كان لله يبقى
"Amalan yang diniatkan karena Allah akan berkelanjutan."
Sedangkan amalan yang diniatkan karena selain Allah, dunia yang menjadi motivasinya, atau hanya sekedar ikut-ikutan, maka akan sirna, pelakunya mudah mengeluh, goncang dan berubah-ubah sesuai keadaan.
2. Sibuk mempelajari ilmu syar'i, utamanya ilmu yang berhubungan dengan masalah tauhid, aqidah, dan manhaj dalam beragama. Ilmu-ilmu ini yang menjadi tahapan dasar dalam tholabul 'ilmi dan kedudukannya bagaikan pondasi bagi sebuah bangunan. Bila semakin kuat pondasinya maka akan semakin kokoh bangunan amalannya.
Orang-orang yang mengabaikan tauhid, aqidah dan manhaj, sangat mudah bergeser dari jalan hijrohnya. Perilaku maupun pikiran jahiliyyahnya di masa silam bisa saja muncul kembali menghambat proses hijrohnya ke jalan Allah. Hal ini pernah dialami oleh sebagian shohabat Nabi yang baru masuk Islam, tatkala meminta kepada Nabi shollallahu 'alaihi wasallam agar menjadikan "Dzatu Anwath" (pohon keramat) bagi mereka seperti yang dilakukan oleh kaum musyrikin. Lantas beliau shollallahu 'alaihi wasallam mengingkarinya.
Begitupula dengan orang-orang yang dulunya terjerumus dalam bid'ah dan maksiat, maka sangat mungkin muncul kembali kebiasaan buruknya itu jika mereka tidak bersungguh-sungguh tholabul 'ilmi dengan mempelajari tauhid, aqidah dan manhaj yang benar dalam beragama.
3. Mencari guru dan pembimbing yang dikenal berjalan di atas manhaj dan aqidah Ahlussunnah serta istiqomah berpegang dengan sunnah (ajaran) Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. Karena sesungguhnya ilmu ini agama dan akan menjadi darah daging kita. Al-Imam Muhammad bin Sirin berkata:
إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذوا دينكم
"Ilmu ini adalah agama maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian." (Muqoddimah Shohih Muslim)
Perkara ini telah menjadi ijma' (disepakati) oleh para Ulama. Adapun menerima kebenaran bisa dari siapa saja selama dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiyyah kebenarannya.
4. Selektif dalam berkawan dan bergaul, tidak sedikit orang yang belok dari jalan hijrohnya akibat salah pergaulan. Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam memberi permisalan sahabat yang baik bagai penjual minyak wangi, meski engkau tidak mendapat minyaknya, minimal engkau kebagian aromanya. Sedangkan sahabat yang jelek bagai seorang pandai besi, sekalipun engkau selamat dari apinya, minimal engkau kebagian baunya yang tidak enak.
Beliau shollallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Agama seseorang bergantung dengan agama sahabatnya, hendaklah kalian lihat, siapakah yang dijadikan oleh kalian sebagai sahabat.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albani dalam "Ash-Shohihah" 927)
Maka selektif dalam pergaulan adalah hal yang penting dan sangat mempengaruhi kualitas hijroh seseorang. Pertimbangkan masak-masak apakah keberadaanmu dapat berpengaruh dalam kebaikan atau malah dipengaruhi oleh keburukan?
5. Berupaya memperbaiki penampilan sesuai dengan apa yang disyariatkan Allah dan Rosul-Nya shollallahu 'alaihi wasallam. Tampil beda bukan sekedar "ganti casing", tetapi sebagai realisasi ketaatan, perbaikan dan memelihara syiar Islam. Para Ulama berkata:
أن فساد الظاهر دليل على فساد الباطن
"Bahwa rusaknya lahir sebagai bukti rusaknya batin."
Amalan lahir dan amalan batin sesungguhnya saling berhubungan satu sama lain, karena Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging, jika dia baik, maka akan menjadi baiklah seluruh jasad. Jika dia rusak, maka akan menjadi rusaklah seluruh jasad, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah jantung (hati).”
6. Menjauhi perdebatan dan banyak berkomentar dalam hal yang bukan kapasitasnya. Debat yang dimaksud di sini adalah debat yang tercela, yaitu debat logika yang jauh dari ilmu, hujjah dan pemahaman. Karena hal itu akan mengeraskan hati, mewariskan kemunafikan, dan melalaikan diri dari hal-hal yang bermanfaat.
Orang yang baru hijroh sesungguhnya lebih membutuhkan ilmu dan bertanya kepada para ahli terkait masalah-masalah ilmiyyah yang dibutuhkannya. Bukan sibuk berdebat dan mengomentari segala perkara. Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أنا زعيم ببيت في ربض الجنة لمن ترك المراء وإن كان محقا
"Aku menjamin sebuah rumah di bagian depan surga bagi orang yang meninggalkan miro' (debat logika) meski dia sebagai pihak yang benar." (HR. Abu Dawud dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam "Silsilah Ash-Shohihah" 273)
7. Banyak berdoa kepada Allah agar diberi keistiqomahan dalam berpegang teguh dengan sunnah Nabi shollallahu 'alaihi wasallam, dan bersabar dalam menghadapi segala fitnah (ujian). Karena Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:
يأتي على الناس زمان الصابر فيهم على دينه كالقابض على الجمر
"Kelak akan datang suatu zaman pada manusia, dimana orang yang sabar memegang agamanya seperti menggenggam bara api.” (HR. At-Tirmidzi dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam "Silsilah Ash-Shohihah" 957)
Adapun doa yang diajarkan Nabi shollallahu 'alaihi wasallam:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. At-Tirmidzi dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam "Shohih At-Tirmidzi" 2140)
Fikri Abul Hasan
Telegram Channel
http://bit.ly/2o6nfMe
0 comments:
Post a Comment