Oleh : *Sahlan Ahmad*
Seorang *Qibti* melaporkan kasus *penganiayaan* yang dilakukan *Muhammad, Putra gubernur Mesir,* Amru bin Ash kepada Khalifah Umar bin Khatab.
Ia mengaku bahwa Muhammad memukul dirinya, lantaran *tidak terima dikalahkan* dalam pacuan kuda.
*"Rasakan ini. Kamu belum tau ya, kalau aku adalah Putra orang terhormat?"* Ucapnya sambil berlalu.
Amru bin Ash dan Putranya dihadirkan di hadapan Khalifah. Umar memerintahkan agar *Muhammad diqishash.*
Setelah qishash ditegakkan, Umar berkata, *"Alihkan pukulanmu ke ayahnya!"*
Namun pemuda Qibti menolak. Karena merasa Amru bin Ash tidak ada kaitan dengan anaknya.
Namun Umar punya pandangan lain. Ia berkata:
"Demi Allah, tidaklah *ia berani memukulmu,* melainkan *karena dirinya merasa anak penguasa.*
Hari ini, betapa banyak *orang berani berlaku sewenang-wenang,* lantaran merasa ada hubungan dengan pejabat.
Ada yang berani menghina *"wong ndeso, "* karena merasa *anak penguasa.*
Andai saja Umar masih hidup. Tidak hanya *Tante penampar petugas bandara* yang dihukum. Tapi juga suaminya.
Tidak mungkin tante galak tersebut berani berperilaku buruk, kalau bukan karena *merasa menjadi istri Pak Jenderal.*
Terakhir, Umar berpesan kepada Amru bin Ash:
*"Sejak kapan kamu memperbudak manusia, padahal mereka dilahirkan dalam keadaan merdeka!"*
Jangan jadi kecebong lupa kodoknya. Jadi orang jangan suka nebeng pada kekuasaan keluarga.
0 comments:
Post a Comment